ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).
Ayat diatas adalah salah satu
ayat yang menjelaskan tentang betapa Allah mencintai hamba-Nya, sehingga Allah
memberikan cobaan berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa,
dan buah-buahan. Termasuk sakit.
Begitulah Allah SWT menguji manusia,
untuk melihat siapa di antara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam
keimanan dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang
diucapkan melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan
teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan.
Allah SWT menegaskan bahwa Dia akan
menguji setiap orang yang mengaku beriman, “Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak
diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)
Semua ujian yang diberikan-Nya
semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di hadapanNya. Rasulullah
shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : "Barangsiapa dikehendaki
baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya".
(HR. Bukhari).
Dari Anas ibn Malik radhiyallahu
’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan : Rasulullah shallallahu ’alayhi
wasallam bersabda :
"Sesungguhnya
pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah
mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa
yang ridha menerima cobaanNya, maka ia akan menerima keridhaan Allah. Dan
barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya ia akan menerima kermurkaan
Allah". (HR. Tirmidzi)
PENGERTIAN SAKIT
Konsep sakit menurut Masyarakat
Sakit adalah keadaan di mana dirasakan oleh seseorang yang
sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidurnya dan tidak dapat menjalakan
pekerjaan sehari-hari.
Menurut batasan medis
Sakit adalah keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala.
Menurut Parson
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia,
termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian.
Menurut WHO
Sakit adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik,
mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
Menurut Perry dan Potter
Sakit adalah suatu keadaan di mana fungsi fisik,
emosional, intelektual, sosial, perkembangan atau spiritual seseorang berkurang
atau terganggu bila dibandingkan kondisi sebelumnya.
Dari beberapa definisi
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Sakit adalah suatu keadaan yang menimbulkan tanda
dan gejala atas ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, suatu keadaan
dimana kondisi seseorang baik kesehatan, fisik, intelektual, emosional terasa
berkurang atau terganggu bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
AKU SAKIT, TETAPI KAMU TIDAK MENJENGUK-KU!
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya pada hari
kiamat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
‘Hai Anak Adam, Aku Sakit, tetapi kamu tidak
menjenguk-Ku.’
Dia berkata. ‘Wahai Rabb-ku, bagaimana saya menjenguk-Mu,
padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?!’
Dia berfirman, ‘Tidak tahukah kamu bahwa hamba-Ku, fulan,
sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Tidak tahukah kamu jika kamu
menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisi-Nya.’
HUKUM
MENJENGUK ORANG SAKIT
Menjenguk
orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al
Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Nabi menyuruh kita tujuh hal dan
melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah,
menjenguk orang sakit, memenuhiundangan, menolong orang yang teraniaya,
melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang bersin. Dan beliau
melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas, kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal). (Bukhari no.1239; Muslim
no.2066)
Hadits-hadits
yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat Imam Bukhari
membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di
dalam kitab shahih nya.
Imam
Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi
orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang lewat diri) nya, disunnahkan
bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka.
Imam
Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk orang sakit hukumnya bukan
wajib, yakni wajib ‘ain, (melainkan wajib kifayah).
HUKUM
MENJENGUK LAWAN JENIS
Wanita boleh menjenguk laki-laki yang sedang sakit, ataupun
sebaliknya; meskipun bukan mahramnya. Akan tetapi, hal ini dengan syarat aman
dari fitnah, menutup aurat, dan tidak terjadi khalwat (berduaan dengan lawan jenis).
Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan, Ketika Rasulullah
shallalallahu alaihi wa sallam tiba di madinah, Abu Bakar dan Bilal terserang
demam. Kemudian, kata Aisyah, aku menemui mereka dan bertanya, ‘Ayah, bagaimana
keadaanmu?’ ‘Wahai Bilal, bagaimana keadaanmu?” (HR. Bukhari no.5654)
Ibnu Syihab meriwayatkan dari Abu Umamah bin Sahal bin
Hanaif, ‘Bahwa dirinya diberitahu bahwasanya ada seorang wanita miskin yang
sedang sakit. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pun diberitahu
tentang sakitnya wanita tersebut. Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
dahulu suka menjenguk orang-orang miskin dan menanyakan keadaan mereka.” (HR.
Malik, Al Muwaththo’ no.531)
HUKUM
MENJENGUK ORANG MUSYRIK
Menjenguk orang kafir oleh sabagian ulama dihukumi makruh.
Hal ini dikarenakan: secara implisit (tidak langsung) merupakan penghormatan
kepada mereka. (lihat At-Tamhid, Ibnu Abdil Bar, 24/276).
Namun sebagia ulama yang lain berpendapat bolehnya menjenguk
orang kafir apabila ada harapan untuk masuk islam. Pendapat ini lebih dekat
kepada apa yang dilakukan oleh Rasullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Anas bin Malik meriwayatkan, ‘Bahwasanya ada seorang anak
muda Yahudi yang pernah menjadi pembantu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia
sakit, lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam datang menjenguknya. Kemudian
beliau bersabda, ‘Masuklah Islam!” Maka dia pun masuk Islam.” (HR.
Bukhari no.5657)
Sa’id bin Musayyib meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata,
‘Ketika Abu Thalib hendak dijemput kematian. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam mendatanginya seraya bersabda, ‘Ucapkanlah ‘Laa ilaaha illa Allah’
sebuah kalimat yang bisa aku jadikan sebagai hujjah untukmu di sisi Allah
kelak.’ (HR. Bukhari no.6681)
TETAP MENJENGUK
MESKIPUN SAKITNYA RINGAN
Hadits-hadits yang ada, menyuruh dan mengajurkan untuk
menjenguk orang sakit, baik yang sakit kecil maupun dewasa, anak-anak maupun
orang tua, dari kaum laki-laki maupun wanita. Sakit ringan maupun berat. Yang
sakit terpelajar atau bukan, orang kota maupun desa, pejabat maupun rakyat
jelata, miskin maupun kaya, mengerti makna menjenguk orang sakit atau pun
tidak.
Menjenguk orang sakit tetap dianjurkan, bahkan terkadang,
dalam kondisi tertentun menjadi wajib, tanpa melihat bentuk penyakit tersebut,
apakah tergolong parah atau ringan. Hal ini sudah mulai memudar di antara kita,
bahkan seringkali sebagian kita hanya merasa perlu menjenguk teman, saudara,
atau kenalan yang sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian lama terbaring di
rumah, hanya sedikit yang menjenguknya. Apalagi jika penyakit tersebut
digolongkan penyakit ringan. Padahal, nabi shallallahu alaihi wa sallam
menjenguk salah seorang sahabatnya yang ‘hanya’ sakit mata. Sakit mata biasa,
bukan sejenis kebutaan atau penyakit mata berat lainnya!
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk orang yang
sakit mata, bahkan sudah ada hadits khusus yang membicarakannya, yaitu hadits
Zaid bin Arqam, dia menceritakan, ‘Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
menjenguk saya karena saya sakit mata.’ (lihat adabul mufrad, no.532)
MENJENGUK ORANG YANG
PINGSAN ATAU KOMA
Orang sakit yang dapat merasakan kehadiran kita dan yang
tidak dapat merasakan kehadiran kita (misalnya karena pingsan atau koma),
sama-sama memiliki hak untuk dijenguk. Janganlah kita enggan menjenguknya,
dengan alasan, toh…mereka tidak tahu dijenguk atau tidak…mereka tidak dapat
merasakan kehadiran kita.
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, ‘Anjuran menjenguk orang
sakit tidak hanya ditujukan agar si sakit mengetahui penjenguknya. Sebab, di
balik kunjungan itu ada dukungan moral kepada keluarganya, harpaan mendapatkan
berkah dari doa penjenguk, sentuhan tangannya kepada si sakit, meniupkan bacaan
mu’awwidzat, dan lain-lain.’ (Fathul baari, 10/119)
Rasulullah SAW bersabda
dalam haditsnya:
“Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang
muslim sedang sakit, maka (seolah-olah) dia berjalan sambil memetik buahan
Surga sampai dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat
dengan deras. Apabila menjenguknya, di pagi hari maka 70 ribu malaikat
mendoakannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya
di sore hari, maka 70 ribu malaikat mendoakannya agar diberi rahmat hingga
waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad
shahih).
Ketika menjenguk
saudara yang sedang sakit, hendaklah dilakukan dengan adab atau etika yang
baik. Rasulullah sendiri sudah mengajarkan bagaimana adab atau etika seorang
Muslim ketika menjenguk saudaranya dan bagaimana cara memberikan doa untuk
orang sakit.
seperti tuntunan
rasulullah saw yaitu:
1. Diawali
dengan niat baik, Menjenguk saudara yang sedang sakit
harus diawali dengan niat yang baik, jangan rusak perbuatan mulia ini dengan
niat yang tidak baik. Semua perbuatan memang harus diawali dengan niat yang
baik agar menjadi perbuatan yang baik dan bermanfaat untuk orang lain. Ketika
akan menjenguk saudara yang sedang sakit niatkanlah karena ingin mendapatkan
pahala dari Allah dan ingin melaksanakan perintah Rasulullah serta mengerjakan
kewajiban sebagai sesama Muslim untuk saling tolong menolong.
2.
Bersegera mengunjunginya
Khususnya bila ia sudah lama sakit,
hendaknya jangan sampai terlambat untuk menjenguknya. Sebab, hal itu bisa
membuatnya sedih dan dapat berpengaruh tidak baik pada dirinya.
Maka itu, hendaklah bersegera
menjenguk saudara yang sedang sakit, sebab itu dapat mengurangi rasa sakitnya,
dapat menghiburnya, dan semoga dapat meringankan beban pikirannya serta menjadi
salah satu sebab kesembuhannya.
3.
Menjenguk
dengan berjalan kaki
Di antara sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika menjenguk orang sakit adalah dengan berjalan kaki. Pada
suatu hari Jabir radhiyallahu ‘anhu pernah sakit dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya dengan
berjalan kaki. Jabir menuturkan:
جَاءَنِيْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُوْدُنِيْ لَيْسَ بِرَاكِبِ بَغْلٍ وَلاَ بِرْذَوْنٍ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
datang menjengukku, beliau tidak mengendarai baghl dan tidak
pula kuda. (HR. al-Bukhari)
Baghl adalah hewan hasil persilangan
antara kuda dengan keledai.
Dalam redaksi lain disebutkan, “Beliau dan Abu Bakar
menjenguknya dengan berjalan kaki.” (Lihat Fathul Bari pada
penjelasan hadis di atas)
Syaikh Abdul Aziz as-Sayyid berkata: “Tidak diragukan lagi,
pahala berjalan kaki untuk menjenguk orang sakit lebih agung dari pada pahala
mengendarai tunggangan.”
Akan tetapi, bila tempat atau rumah yang dituju jaraknya
jauh, tidak mengapa menuju ke sana dengan berkendara sepeda motor, mobil, atau
yang lainnya.
4. Berkunjung
pada waktu yang tepat, Salah satu etika
menjenguk orang yang sedang sakit adalah berkunjung pada saat yang tepat. Jika
orang yang sedang sakit dirawat di rumah sakit sebaiknya kunjungilah ketika jam
besuk sedang berlangsung. Jangan melebihi jam besuk yang sudah ditentukan karena
bisa mengganggu istirahat orang yang sedang sakit. Rasulullah mengajarkan,
waktu yang tepat untuk menjenguk orang yang sedang sakit adalah sore hari atau
siang hari sebelum dzuhur dan malam hari ketika di bulan puasa.
5. Menanyakan
keadaannya, Ketika menjenguk orang yang sedang sakit
sangat wajib hukumnya menanyakan bagaimana keadaannya. Anda bisa bertanya pada
keluarga ataupun langsung pada orang yang sakit. Pertanyaan mengenai keadaan
orang yang sakit ini menunjukkan adanya perhatian yang Anda berikan pada orang
yang sakit. Perhatian ini merupakan salah satu wujud bentuk solidaritas sebagai
saudara dan orang yang sakit tentu akan merasa bahagia karena saudaranya
memberikan perhatian dengan menanyakan keadaannya saat ini.
6. Membawakan
hadiah, Adab atau etika ketika menjenguk orang
yang sedang sakit selanjutnya adalah membawakan hadiah. Sebenarnya hadiah ini
tidak wajib hukumnya ketika menjenguk saudara yang sakit. Karena orang yang
sakit sudah merasa bahagia hanya dengan kehadiran Anda namun dia akan lebih bahagia
jika Anda membawakan hadiah. Hadiah yang dibawa tidak perlu mahal, berikan
hadiah sesuai dengan kemampuan Anda, jangan memaksakan diri untuk membawakan
hadiah jika memang tidak ada.
7. Menghibur
dengan memberikan semangat, Memberikan hiburan pada
orang yang sakit termasuk salah satu adab atau etika ketika menjenguk orang
yang sakit. Hiburan ini bisa berupa kata-kata penyemangat seperti yang
dicontohkan Rasulullah. Ketika Rasulullah mengunjungi salah satu Muslim yang
sedang sakit, beliau menghibur dengan mengatakan bahwa sakitnya orang Muslim
bisa menghapuskan dosa-dosa yang pernah dilakukan di masa lampau. Kata-kata
penyemangat ini bisa membuat orang yang sakit menjadi lebih bahagia.
8. Duduk
didekat si sakit
Orang yang menjenguk, dianjurkan duduk di dekat si sakit.
‘Adalah nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam ketika menjenguk orang sakit, beliau duduk di sisi kepalanya.’ (HR.
Bukhari dalam Adabul Mufrad, no.536, hadits shahih)
Diantara
manfaat duduk di sisi kepala si sakit: memberi rasa akrab kepada si sakit, dan
memungkinkan bagi penjenguk untuk menyentuh si sakit, memanjatkan doa untuknya,
meniupnya dengan ruqyah, dan lain sebagainya.
9.
Mengajarinya
doa ketika tertimpa musibah
Musibah itu bermacam-macam dan di antaranya adalah penyakit.
Adapun doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bagi orang yang terkena musibah adalah sebagai berikut:
“Innalillahi wainna ilaihi roji’un,
Allahumma ajurni fii musiibati waakhniflii khoiran minha” (Sesungguhnya kita milik Allah dan hanya
kepada-Nya semata kita akan kembali. Ya Allah, berilah pahala dari musibah ini,
dan gantikanlah bagiku dengan yang lebih baik darinya). (HR. Muslim)
10. Mengingatkannya agar selalu sabar
Hendaklah orang yang sakit selalu diingatkan agar selalu
sabar dalam menghadapi ujian dari Allah. Sabar dalam menghadapi ujian hukumnya
adalah wajib. Sedangkan marah atau berkeluh kesah hukumnya haram. Ulama
menyebutkan, orang yang tertimpa musibah itu terbagi menjadi empat
tingkatan: Pertama, marah dan berkeluh kesah. Kedua,
bersabar. Ketiga, rida. Keempat, bersyukur. Bagi orang
yang sakit, minimal ia bersabar, bila sampai derajat rida atau bersyukur, maka
itu lebih baik lagi.
11. Mengingatkannya agar selalu berprasangka
baik kepada allah
Berprasangka baik kepada Allah subhanahu wa
ta’ala hukumnya wajib. Sebaliknya, berprasangka buruk kepada Allah
hukumnya haram. Seorang hamba hendaknya senantiasa berprasangka baik kepada
Allah ta’ala dalam keadaan bagaimana, di mana dan kapan pun
juga. Bahkan ketika kematian menjemputnya, hendaknya ia senantiasa berprasangka
baik kepada Rabb-nya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyampaikan:
“Janganlah seorang dari kalian
meninggal dunia melainkan dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah ‘azza wa
jalla”. (HR.
Muslim)
12. Melarangnya dari berkeluh kesah dan
mengharap kematian
Orang sakit yang berkeluh kesah, maka ia berdosa dan
penyakit itu tidak akan menjadi pelebur dosa baginya. Apalagi bila sampai
mengharap kematian, itu merupakan tanda-tanda bahwa dirinya berputus asa.
Berputus asa dari rahmat Allah bukanlah sifat seorang mukmin, namun sifat orang
kafir.
Maka itu, di antara hal yang harus diperhatikan ketika
menjenguk orang sakit adalah, menasihatinya atau melarangnya dari berkeluh
kesah dan mengharap kematian.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menasihati paman beliau, al-Abbas, yang sedang sakit dan mengharap kematian.
Beliau bersabda:
“Wahai paman! Janganlah engkau
mengharap kematian. Sebab bila selama ini engkau berbuat baik, kemudian
(umurmu) ditangguhkan, maka itu adalah kebaikan yang ditambahkan kepada
kebaikanmu dulu, dan itu baik bagimu. Bila selama ini engkau berbuat tidak
baik, kemudian (umurmu) ditangguhkan, lalu engkau diberi kesempatan untuk
bertaubat dari kesalahanmu, maka itu pun baik pula bagimu. Maka janganlah
engkau mengharap kematian”. (HR.
Ahmad, al-Hakim, dll. al-Albani berkata: Hadis (sahih) ini sesuai persyaratan
al-Bukhari)
13.
Meletakkan
tangan di atas si sakit
Hal ini pernah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika menjenguk Sa’ad. Beliau meletakkan tangannya di atas
dahi Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, kemudian mengusapkannya di atas
kepala dan perutnya seraya mendoakannya: “Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
14. Jangan
membebani si sakit atau keluarga si sakit
Diantara maksud mengunjungi si sakit
adalah untuk meringankan kan penderitaannya, oleh karena itu jangan sampai
membebani bahkan menambah penderitaan si sakit ataupun keluarganya.
Satu
hal yang dapat membebani si sakit atau keluarganya adalah pertanyaan kronologis
musibah atau penyakit. Si sakit atau keluarga diminta untuk menceritakan
kronologis kejadian yang cukup panjang; dan repotnya lagi, cerita ini harus
diceritakan berulang kali karena hampir setiap pembesuk menanyakan, ‘awal
mulanya bagaimana?’ ; ‘kejadiannya bagaimana?’ 1
15. Mempersingkat
waktu kunjungan
Hendaknya kita memperhatikan waktu
ketika menjenguk orang sakit. Jangan sampai terlalu lama, karena hal ini bisa
membebani bahkan menambah penderitaan si sakit ataupun keluarganya.
Ibnu Thowuss mengatakan bahwa
ayahnya pernah berkata, ‘Sebaik-baik kunjungan kepada orang sakit ialah yang
paling singkat.’
Asy-Sya’bi mengatakan, ‘Kunjungan
orang dungu lebih berat dirasakan oleh keluarga si sakit daripada sakitnya
salah seorang angota keluarga mereka. Yaitu, orang yang datang menjenguk pada
waktu yang tidak tepat dan duduk terlalu lama.’ (lihat At-Tamhid, Ibnu Abdil
Bar, 24/277)
Namun, apabila si sakit suka
berlama-lama dengan penjenguknya, dan ingin dikunjungi sesering mungkin, maka
sebaiknya keinginan tersebut dikabulkan oleh si penjenguk. Sebab, hal ini
berarti memberikan kegembiraan dan dukungan moral kepada si sakit.
Hal ini pernah dilakukan oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terhadap Sa’ad bin Mu’adz sewaktu ia
menjadi korban perang Khandaq. Ketika itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
memerintahkan agar Sa’ad dibuatkan kemah di dalam masjid agar beliau bisa
menjenguknya dari dekat. Sahabat mana yang tidak suka ditunggui oleh Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam dan dikunjungi berulang kali? (lihat Bukhari
no.463)
16.
Mendoakan Si Sakit
Orang yang menjenguk orang sakit
hendaknya tidak berkata-kata kecuali sesuatu yang baik. Sebab para malaikat
akan mengamini apa yang akan diucapkannya.
Dari Ummu Salamah, doa mengatakan
bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
‘Apabila
kamu mendatangi orang sakit atau mayit, maka ucapkanlah kata-kata yang baik.
Karena sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan.’ Kemudian, kata
Ummu Salamah, ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku pun mendatangi Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam seraya mengatakan, ‘Ya Rasulullah, Abu Salamah
sudah meninggal dunia.’ Beliau lantas bersabda, ‘Ucapkanlah: Ya Allah,
ampunilah aku dan dia, dan berilah aku pengganti yang baik.‘ Ummu Salamah
berkata, ‘Lalu aku mengatakannya. Kemudian Allah memberiku pengganti yang lebih
baik bagiku daripada dia (Abu Salamah), yakni Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam.’ (HR. Muslim no.919)
Orang yang menjenguk orang sakit
dianjurkan berdoa agar si sakit diberikan rahmat, ampunan, kebersihan dari
dosa, keselamatan, dan kebebasan dari penyakit. Diantara doa yang pernah dibaca
oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam:
a.
Mengucapkan: “Laa
ba’sa thohuurun in syaa’allooh.” ‘tidak mengapa, semoga dapat membersihkan kamu
(dari dosa) insya Allah.’ (riwayat Bukhari dalam al fath: 10/118)
Kata ‘tidak mengapa’ maksudnya ialah
bahwa sakit itu dapat menghapus kesalahan. Jika mendapat kesembuhan setelah
sakit, maka berarti mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Dan jika tidak, maka
akan mendapatkan keuntungan berpa penghapusan dosa.
b.
Membaca doa: “ As
alukalloohal-’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi, ayyasyfiyaka.” (7x) “Aku
memohon kepada Allah yang Maha Agung, Rabb ‘Arsy yang agung agar
menyembuhkanmu.”
‘Tidak ada seorang muslim yang menjenguk
seorang yang sedang sakit yang belum sampai kepada ajalnya, lalu dia membacakan
doa As alukalloohal-’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi,
ayyasyfiyaka tujuh kali, kecuali dia akan sembuh.’ (Shahih At
Tirmidzi: 2/210)
17.
Ruqyah Kepada Si Sakit
Orang yang menjenguk orang sakit
dianjurkan untuk melakukan ruqyah terhadapnya. Terutama kalau si penjenguk
termasuk orang yang bertakwa dan shalih. Karena ruqyah yang dilakukannya akan
memberikan manfaat yang lebih besar daripada orang lain (karena faktor ketakwaan
& keshalihannya tersebut).
Di antara ruqyah syariah yang ada:
a.
Ruqyah
dengan mu’awwidzatain (surat
al ikhlas, al falaq, dan an naas)
‘adalah
rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika salah satu dari keluarganya
sakit, beliau meniup keluarganya dengan (bacaan) mu’awwidzat…’ (HR. Muslim
no.2192)
b.
Ruqyah
dengan surat al fatihah
Hal ini pernah dilakukan oleh Abu
Said al Khudri terhadap kepala suku yang tersengat serangga. (lihat HR. Muslim
no.2201)
c.
Ruqyah
dengan doa
‘Adalah rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika salah seorang dari kami mengeluh sakit, maka beliau
mengusapnya dengan tangan kanannya, kemudian beliau mengucapkan: “Hilangkanlah
penderitaan ini wahai Rabb manusia. Sembuhkanlah, karena Engkaulah yang Maha
Menyembuhkan. Tiada kesembuhan melainkan kesembuhan-Mu. Kesembuhan yang tidak
meninggalkan penyakit.” (HR. Muslim no.2191)
Sumber
:
Komentar
Posting Komentar