Cerpen : When a little hope comes to you



Karya : Mafida Dian Aulia

Untuk Indonesia teruslah bertahan
Walau dihancurkan disakiti kau tetap berdiri disini
Untuk Indonesia jadilah legenda
Kita bisa dan percaya

Lirik lagu Superman Is Dead yang berjudul “Jadilah Legenda” itu tengiang jelas di telinganya. Ditemani sepoi-sepoi angin dibawah pohon mangga yang sedang berbunga, Meiva duduk bersila. Hampir saja ia tertidur jika saja ia tak melihat kepala sekolahnya yang gagah nampak dari kejauhan sedang menuju ke arahnya. Ia ingin berlari, tapi pak Daniel sudah mengetahui niatnya. “Meiva ! Jangan lari ! atau kamu akan saya skors !” begitulah ancamnya. Sebenarnya Meiva tak sedikitpun merasa takut. Ia sudah sangat sering mendengar kalimat itu dari mulut pak Daniel, berkat hobinya membolos.

Hobi? Iya. Selain Meiva terkenal sebagai perempuan yang jago karate, ia juga terkenal paling suka membolos saat jam pelajaran matematika, karena ia pikir matematika adalah pelajaran membosankan. Tak ada gairah sama sekali jika Meiva mendengar kata ‘matematika’. Apalagi gurunya yang terkenal super galak.

Meiva sebenarnya adalah gadis yang cerdas. Dulu saat ia duduk di bangku SD, Meiva selalu menyabet gelar juara kelas. Namun sejak nenek kesayangannya meninggal, Meiva berubah total menjadi remaja yang nakal, sering murung, hobi membolos, dan galak. Penampilannya yang semrawut dan sangat tomboy juga membuatnya semakin terlihat garang.

Terutama dengan makhluk bernama laki-laki. Ia menganggap semua laki-laki adalah pecundang yang suka lari dari tanggung jawab. Semua ini karena kakeknya dulu yang begitu saja meninggalkan neneknya tanpa kabar sebab mengetahui neneknya itu mengidap kanker payudara. Maka dari itu lah Meiva berusaha sekeras mungkin untuk belajar karate supaya tak ada laki-laki yang berani macam-macam kepadanya. Begitulah pikirnya.

***
“Saya bingung harus dengan cara apa lagi menghadapi kamu. Kapan kamu akan berhenti membolos Meiva? 3 bulan lagi kamu akan menghadapi ujian. Harusnya kamu ...”

“Rajin belajar, tidak lupa sholat, mengaji, menabung, blaa blaa bla..” cercah Meiva memotong ucapan pak Daniel.

“MEIVA !!!!” seru pak Daniel sembari menggebrak meja. Geram rasanya menghadapi murid satu ini. Duh Gusti, berilah aku kesabaran, batin pak Daniel dalam hatinya.

Dengan santai Meiva hanya tersenyum getir tanpa sedikitpun terbesit rasa takut.

“Sudahlah. Saya tidak tau harus bilang apa. Terserah kamu saja lah. Yang pasti jika kamu ingin lulus kamu harus hadir dan mengikuti pelajaran minimal 70%. Jika tidak, saya tidak bisa menjamin kamu akan lulus tahun ini. Sekarang, kamu boleh keluar”

Tanpa berkata apapun Meiva bergegas pergi meninggalkan ruangan yang panas dan pengap itu, bahkan tanpa mengucap sepatah kata pun.

Astaghfirullahal adzim” ucap pak Daniel berulang kali.

2 bulan berselang, justru semakin tidak ada kabar sama sekali dari Meiva. Sekedar hadir di sekolah pun tidak. Pak Daniel akhirnya mengutus bawahannya untuk mengecek ke alamat rumahnya. Tapi yang didapat hanya rumah kosong karena penghuninya sudah pindah satu bulan yang lalu.
***
Kini, siapa yang tak mengenal perempuan berparas ayu keturunan Arab-Jawa ini? Hidungnya yang mancung beradu dengan warna kulitnya yang sawo matang dihias bibir tipis berpoles lipstik bernuansa natural. Sungguh gadis dengan kecantikan sempurna. Perempuan anggun ini sedang berjalan sambil berbincang dengan teman-teman bisnis nya. Lihat saja, Dari anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan lansia, semua benar-benar terpana. Mungkin ada yang sampai tak berkedip, tak percaya bahwa yang dilihatnya itu adalah manusia, bukan jelmaan bidadari dari surga.
Tak selang beberapa lama, perempuan ini terlihat sendirian menyusuri meja kasir. Dan, brukk..!! Ia menabrak seorang ibu-ibu yang berjalan terburu-buru seperti sedang mencari sesuatu.
“Aduh ! Maaf bu, maaf” kata perempuan anggun itu.
“Tidak nak, sama yang minta maaf. Saya sedang mencari cucu saya, tadi ia berlari ke arah sini tapi saya kehilangan jejaknya” terang ibu itu tampak lelah dan murung.
“Boleh saya bantu mencari bu? Ibu silahkan duduk disini saja, biar saya pesankan minum. Ibu tampak sangat lelah”
“Terimakasih nak, saya merepotkan sekali”
Tidak lebih dari 10 menit perempuan ayu nan anggun itu  berhasil menemukan anak kecil yang membuat ibu-ibu tadi kewalahan. Lincah sekali dia, pikirnya.
Saat melihat sang cucu datang bersama perempuan cantik tadi, tak henti-hentinya sang ibu yang bernama Aida itu terterimakasih.
“Bagaimana bu? Sudah ketemu belum?” ibu Aida dan si perempuan cantik sampai terlonjak kaget karena tiba-tiba ada sosok laki-laki paruh baya berdiri didekat mereka.
“Aduh, bapak ini mengagetkan saja! Ini lho pak, cucu kita sudah ditemukan oleh mbak cantik ini” sahut ibu Aida sembari menepuk lengan laki-laki itu.
“Loh, kamu wajahnya kok seperti ... Kamu Meiva?” tanya bapak itu tiba-tiba.
“Sa.. Saya .. Iya saya Meiva. Kenapa bapak bisa tahu nama saya?”
“Kamu dulu bersekolah di SMA 105 Semarang?” lanjut laki-laki itu tanpa mempedulikan pertanyaannya.
“Iya pak” jawab Meiva dengan wajah bingung.
“Saya kan kepala sekolah kamu dulu.. Kamu tidak ingat?”
“Bapak? Pak Daniel? Daniel Siswanto?”
“Ya benar. Saya pikir kamu sudah lupa dengan saya. Bagaimana kabar kamu sekarang? Ini loh bu, yang dulu pernah saya ceritakan. Gadis yang tomboy dan suka membolos itu.. tapi sekarang kok sudah beda ya? Hahaha ... ” cerita pak Daniel pada istrinya.
“Ah masa sih pak? Anggun begini kok dibilang tomboy?” sanggah istrinya tak percaya.
Pipi Meiva terlihat bersemu merah. Ia malu sekali di puji seperti itu. Ini benar pak Daniel? Perasaan dulu ia beperawakan besar dan gagah, tapi sekarang? Duh ... ia tak yakin dengan apa yang sedang terjadi sekarang.
***
Meiva mulai bercerita pada sepasang suami istri itu tentang perjalanan hidupnya selama ini, sedangkan cucunya sudah tertidur pulas di pangkuan bu Aida. Dulu ia memang sedang mempunyai masalah dengan ayahnya, lalu ia kabur dari rumah ikut saudaranya berlayar ke pulau Sulawesi. Malangnya, Meiva yang saat itu sedang tertidur pulas tiba-tiba terbangun dan ia melihat kapal yang di tumpanginya sudah berlayar jauh meniggalkannya. Meiva pun mulai panik dan takut karena ia hanya sendirian disana.
Kemudian ia didatangi oleh dua orang laki-laki berbadan gagah seperti preman dan dipaksa masuk ke mobil yang mereka bawa. Meiva terus berteriak dan menangis, namun mulutnya telah disumpal dengan sapu tangan oleh preman-preman itu. Mereka tertawa kencang, seperti singa yang berhari-hari kelaparan kemudian mendapatkan mangsa baru. Sungguh kejadian itu seperti mimpi buruk bagi Meiva yang saat itu baru saja menginjak usia 18 tahun, dan wajahnya makin pucat ketika ia tahu bahwa ia akan dijadikan pekerja malam di sebuah diskotik di pulau tersebut. Ia ingin kabur, tapi tak tahu harus kemana. Lagi pula disetiap pintu pasti ada minimal 2 penjaga yang selalu berjaga baik siang, sore ataupun malam. Disana pula Meiva menjadi semakin tak karuan. Ia mulai mengenal alkohol, bahkan narkoba. Ibarat roda, ia sedang berada di posisi paling bawah. Ia sangat terpuruk. Ia bingung harus bagaimana. Ia ingin melawan, tapi ia tak berdaya.
Terbesit sebuah penyesalan besar dalam dirinya, mengapa ia memilih kabur dari rumah? Mengapa ia mengabaikan nasehat ibu nya? Mereka pasti sedang kebingungan mencari Meiva.
“Ibu.. Ayah .. Maafkan Meiva.. Meiva rindu kalian” ucapnya ditengah isakan tangis yang semakin deras.
“Heh ! Jangan cengeng ! Lihat, sudah banyak tamu yang menunggumu. Cepat pakai baju itu dan layani mereka ! Minta uang yang banyak !” begitu kata si bos yang sangat galak itu. Meskipun Meiva jago karate, Meiva sangat takut kepadanya karena sebilah pisau selalu siap menyayat anggota tubuh orang-orang yang dengan berani melawan omongannya.
“Ba.. Baik bos” ucap Meiva segera mengusap mata nya dan beranjak ke tempat rias.
‘Pelanggan’ pertamanya ini ternyata adalah seorang pengusaha kuliner didaerah Yogyakarta. Ia melihat kesedihan di wajah Meiva. Setelah bercerita banyak, pengusaha yang bernama pak Abas itu menawarkan Meiva untuk ikut dengannya dan menjadi petugas kasir disana. Awalnya Meiva merasa takut, namun pak Abas nampak sungguh-sungguh bahwa ia benar-benar sedang membutuhkan karyawan.
***
Dengan membayar 50 juta kepada bos Meiva, akhirnya pak Abas berhasil memboyong Meiva ke restoran nya di daerah Yogyakarta. Meiva sangat senang karena selain terbebas dari kehidupan suram itu, ia mendapat banyak pengalaman baru termasuk cara memasak masakan khas Yogyakarta, salah satunya Gudeg.
Meiva juga mulai giat menabung, dikumpulkannya uang dengan tujuan suatu saat bisa pulang ke Semarang, kota kelahirannya. Dan tentu saja menemui orangtua nya. Tapi hidup tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Usaha pak Abas tiba-tiba bangkrut dan Meiva harus keluar dari tempatnya bekerja selama ini.
Meiva bingung harus bekerja dimana. Kemudian ia putuskan membuka lapak makanan di pinggir jalan Malioboro. Dagangannya cukup laris karena ia mendapatkan berbagai ilmu memasak dari tempatnya bekerja dulu. Tapi nasib baik tak selalu berpihak kepadanya. Dagangannya digusur petugas satpol PP karena mengganggu lalu lintas.
Meiva pun terpaksa membuka tabungan yang ia kumpulkan dulu untuk menyewa sebuah kios dan mulai berjualan makanan disana. Awalnya, dagangannya tidak terlalu laku karena banyak pedagang lain yang juga berjualan dengan menu yang sama. Namun waktu berselang, warung yang disewanya itu justru nampak lebih ramai daripada warung lain. Tentu saja ini merupakan suatu kebahagiaan untuk Meiva. Karena dengan cara seperti ini, Meiva bisa kembali menabung. Tapi tidak bagi penjual warung yang lain, mereka merasa kehadiran Meiva mengurangi pendapatan mereka, bahkan ada beberapa penjual yang memilih gulung tikar karena merasa sangat tersaingi. Akibatnya, setiap kali Meiva bertanya sesuatu kepada mereka, mereka akan berlaku pura-pura tidak mendengar. Toh jika terpaksa menjawab pun, mereka akan menjawab dengan singkat dan dengan nada yang kasar. Awalnya Meiva merasa kaget dengan sikap mereka yang semula ramah kini berubah menjadi ketus.
“Yasudahlah. Daripada aku memikirkan omongan mereka, lebih baik aku fokus dengan usahaku ini. Toh tak ada mereka pun, aku bisa sukses. Lihat saja nanti” sahut Meiva dalam hati menanggapi perkataan mereka.
Dan benar saja, dalam kurun waktu 2 tahun Meiva sudah mampu membuka beberapa cabang di daerah Solo, Semarang dan Surabaya. Hal ini tentu membuat Meiva semakin yakin bahwa kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil.
***
“Aduh, saya jadi terenyuh. Kamu begitu kuat dan tegar nak. Lalu, bagaimana kabar orangtua mu sekarang Meiva?” tanya bu Aida menanggapi.
Alhamdulillah, kini ibu dan ayah saya mau tinggal bersama saya di Yogyakarta. Saya sangat menyayangi mereka, semoga saja mereka mau memaafkan perbuatan saya selama ini”
“Pasti mereka bangga punya anak sepertimu. Bapak juga bangga punya murid seperti kamu. Seandainya bapak bisa punya menantu sepertimu. Hahaha” sahut pak Daniel menimpali.
Saat mereka sedang asyik berbincang-bincang handphone Meiva berbunyi. Dari tunangannya.
“Iya, masuk saja. Aku sudah didalam sayang” ucap Meiva sambil mendekatkan handphone ke telinganya. Dan tak lama kemudian, seorang laki-laki tampan datang menghampiri mereka.
“Loh, ibu? Ayah?”
Meiva pun tersedak dan mereka bertiga saling berpandangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al-Hajr

5 Lagu LDR Khas Anak Rantau untuk Pacar

menghilangkan Jerawat dan Bekasnya menggunakan Sabun ajaib JF ANTI ACNE -Review