Teroi Evolusi Darwin dalam pandangan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata evolusi mungkin tidak asing lagi di telinga kita. Jika mendengar kata
evolusi maka kita akan mengingat teori yang sangat terkenal dalam dunia sejarah
yaitu Teori Darwin yang diungkapkan oleh seorang ilmuan bernama Charles Robert
Darwin, seorang ahli Biologi berkebangsaan Inggris. Beberapa orang mungkin
beranggapan bahwa konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi
biologi dan tidak berpengaruh sedikitpun terhadap kehidupan sehari-hari, tapi
nyatanya konsep ini lebih lebih dari sekedar konsep biologi.
Teori evolusi kini masih menjadi pertanyaan besar setiap manusia, karena
dari sisi agama meyakini bahwa manusia itu ada karna ada yang menciptakan,
sedangkan dari sisi biologi manusia itu ada karna adanya pertemuan sel sperma dan
sel ovum. Filsafat tersebut pun munculkan sebuah pertanyaan dari mana
manusia itu muncul, dan siapakah yang menciptakan serta bagaimana proses
terbentuknya manusia itu sendiri. Berawal dari pemikiran dan dasar ini
lah dibuat makalah berjudul MA’RIFATUL INSAN (mengenal
manusia). Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
dalam proses belajar mengajar.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pendapat saudara tentang
asal-usul dan unsur-unsur manusia :
a. Menurut teori evolusi
Darwin
b. Menurut konsep
Al-Quran
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asal-usul
dan unsur-unsur manusia dari sumber yang berbeda yaitu teori Darwin dan
Al-Quran
2. Memberikan
argumentasi mengenai teori mana yang dianggap benar.
3. Memahami
firman-firman Allah yang memaparkan tentang proses penciptaan manusia.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Penciptaan
Manusia
1. Teori Evolusi Darwin
Dalam teori ini dijelaskan bahwa aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan
secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan
menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam. Contohnya adalah manusia.
Darwin menyebutkan awalnya manusia berasal dari monyet yang kemudian berevolusi
sekitar 4-5 juta tahun yang lalu dan telah mengalami bentuk transisi antara
manusia modern dan nenek moyangnya. Menurut rekaan ini terdapat 4 kategori
dasar yaitu:
1. Australopithecus (kera
dari selatan), evolusionis menyatakan bahwa Australopithecus memiliki anatomi
mirip kera namun berjalan dengan tegap seperti manusia.
2. Homo habilis (kera
yang dinyatakan sebagai manusia)
3. Homo erectus (susunan
wajah yang salah)
4. Homo sapiens
(mendekati bentuk manusia)
Menurut Darwin, manusia dan kera memiliki persamaan-persamaan, diantaranya:
a. Mata menghadap ke
depan
b. Ibu jari tungkai
dengan dapat digerakkan ke segala arah
c. Memiliki kelenjar
susu (glandulla mammae) di dada.
d. Rahim terletak pada
satu ruang kompleks.
Darwin berkeyakinan bahwa perbedaan antara manusia dan binatang, baik dari sisi
postur tubuh maupun kejiwaan, hanya bersifat kuantitas. Ia tidak meyakini
adanya perbedaan kualitas antara kedua makhluk ini.
2. Teori penciptaan
manusia menurut Al-Quran
Dalam Al-Quran telah dijelaskan bahwa
manusia pertama di muka bumi ini adalah Nabi Adam a.s yang diciptakan dari
tanah yang kering kemudian dibasahi dan dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka
dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
طِين مِنْ
الْإِنْسَانِ خَلْقَ وَبَدَأَ ۖ خَلَقَهُ شَيْءٍ
كُلَّ أَحْسَنَ الَّذِي
Artinya : “Yang membuat sesuatu yang
Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah
(32) : 7)
Disamping itu Allah juga menjelaskan
secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28
dan 29 .
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang
manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud” (QS.
Al Hijr (15) : 28-29)
تَمْتَرُونَ أَنْتُمْ
ثُمَّ عِنْدَهُ مُسَمًّى وَأَجَلٌ أَجَلا قَضَى ثُمَّ
طِينٍ مِنْ خَلَقَكُمْ لَّذِي ا
هُوَ
Artinya : “Dialah Yang menciptakan kamu
dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu
ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu
masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” (Alanam:2)
فَخَلَقْنَا عَلَقَةً
النُّطْفَةَ خَلَقْنَا ثُمَّ Oمَكِينٍ قَرَارٍ فِي
نُطْفَةً جَعَلْنَاهُ ثُمَّ Oطِينٍ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ الْإِنْسَانَ خَلَقْنَا وَلَقَدْ
الْخَالِقِينَ
أَحْسَنُ اللَّهُ ۚفَتَبَارَكَ
آخَرَ خَلْقًا أَنْشَأْنَاهُ ثُمَّ لَحْمًا الْعِظَامَ فَكَسَوْنَا عِظَامًا الْمُضْغَةَ
فَخَلَقْنَا مُضْغَةً الْعَلَقَةَ
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik.” (QS. Al-Mu’minun: 12-14)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Teori Darwin
Teori evolusi ini banyak diperdebatkan
oleh para ilmuwan dalam sejarah perkembangan hidup manusia. Dikemukakan oleh
Darwin, bahwa kehidupan berasal dari materi tak hidup melalui serangkaian
peristiwa kebetulan dimana makhluk hidup pada masa lampau, beradaptasi dan
mengalami perubahan bentuk bagian-bagian tubuhnya dalam waktu yang sangat lama.
Yang menjadi catatan saya ini karena Darwin menyamakan manusia dengan seekor
kera atau simpanse dalam teorinya.
Pernyataannya ini pun mendapat banyak
pertentangan dari berbagai pihak. Salah satu ilmuan yang terkenal menentang
keras teori Darwin adalah Harun Yahya, seorang ahli sains Islam. Beliau
mengatakan “Tiap jenis makhluk hidup tidak bekerabat satu sama lain dan
diturunkan dari leluhur yang sama, Masing-masing merupakan hasil dari suatu
tindakan penciptaan tersendiri”.
Sora Astral dalam webnya mengatakan
bahwa Darwin sendiri juga tidak yakin dengan teori yang dibuatnya. Terbukti
dengan adanya sebuah bab pada bukunya yang menjelaskan jika saja ada bukti
tentang tidak adanya mahluk peralihan evolusi maka teori saya ini akan hancur.
Tidak berapa lama setelah kematian darwin, bukti itu nyata. Dan sampai saat ini
tidak ditemukkan satu pun hewan peralihan evolusi, misalnya reptil bersayap,
ikan berkaki, reptil berbulu, dan mahluk tak sempurna lainnya yang diceritakan
darwin sebagai mahluk peralihan.
3.2 Kejadian Manusia
menurut Al-Quran
Penjelasan Al-Qur’an tentang kehadiran dan penciptaan manusia sebagai bantahan
dari teori evolusi Darwin, diantaranya :
1. Penciptaan manusia
sudah sempurna
Allah adalah pemilik
semesta alam, Allah adalah satu. Allah memiliki kuasa penuh atas apapun yang
ada di langit dan bumi. Allah dapat menciptakan apapun yang dikehendakinya
tanpa sedikitpun kesulitan, seperti yang tertuang dalam QS. Yaasin: 82-83
“Sesungguhnya
urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata “Jadilah!” Maka
jadilah sesuatu itu. Maka maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas
segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.”
Dari firman tersebut sangatlah jelas
bahwa Allah dapat menciptakan segala sesuatu dengan mudah, tanpa harus melalui
evolusi secara bertahap seperti yang dikatakan oleh Darwin.
(Allah) yang telah menciptakan
kamu (wahai manusia) lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan
tubuh)mu seimbang, Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun
tubuhmu. (QS.
Al Infithaar : 7-8)
2. Adam sebagai nenek
moyang manusia
Adam sebagai “Abu al Basyar” yaitu cikal bakal manusia, sudah
Allah Ta’ala ciptakan sejak ribuan tahun silam sebelum masehi,
hal ini menunjukkan bahwa manusia yang pertama kali diciptakan oleh Allah Ta’ala adalah
Adam.
Adapun Al Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan, sebenarnya telah menyebutkan
perihal kehadiran Adam di muka bumi setelah terusir dari Surga karena mengikuti
perangkap Syaitan, hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surat Thaahaa
ayat117-119.
117.
Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu
dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu
berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.
118.
Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang,
119.
Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa
panas matahari di dalamnya".
3. Manusia memiliki rasa
malu
Manusia telah dikaruniai akal sehat dan hati nurani yang dengan fitrahnya
memiliki rasa malu, tidak seperti binatang. oleh
karenanya sebuah peradaban bisa terbangun dengan peran dari manusia sebagai
agen peruhan (Agent of change), bukan peran dari binatang, adapun
binatang biasanya hanya sebagai alat pembantu dalam merealisasikan perubahan.
Adam sebagai nenek moyang manusia, ketika masih berada di dalam Surga, ia sudah
memiliki rasa malu, bukti kejadian yang menunjukkan manusia memiliki rasa malu
sudah dicontohkan oleh Adam, hal ini diabadikan dalam Al Qur’an di surat
Thaahaa ayat 120-121.
120.
Kemudian Syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai
Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak
akan binasa?"
121.
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di)
Surga.
4. Al Qur’an
menggambarkan perbedaan manusia dan binatang
Diantara karunia Allah Ta’ala kepada manusia adalah sebagai
makhluk pilihan di muka bumi, manusia dijadikan sebagai khalifah dan dimuliakan
dari makhluk-makhlukNya yang lain. Dalil-dalil dalam Al Qur’an menunjukkan tentangkeutamaan
manusia atas makhluk lainnya, hal ini sebagai penguat argumen bahwa antara
manusia dan binatang pada hakikatnya tidak sama dan tidak ada hubungan secara
genetik.
“Dia-lah
yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.” (QS. Faathir : 39)
“Dan
Sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan[[1][2]], Kami beri mereka
rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al Israa’
: 70)
Fakta menunjukkan bahwa Al Qur’an memberikan beberapa perumpaman manusia
durhaka dengan menyamakannya seperti binatang, bahkan lebih buruk daripada
binatang, alasan inilah yang menguatkan bahwa manusia secara hakikatnya memang
berbeda dengan binatang, namun di sisi lain manusia bisa disamakan dengan
binatang karena suatu hal.
Al-Qur’an memberikan sebuah perumpamaan tentang manusia yang telah diberi
pengetahuan tentang ayat-ayat Tuhan, kemudian mereka menyelewengkannya, manusia
seperti ini diibaratkan seperti seekor anjing yang selalu menjulurkan lidahnya.
Dia selalu mengejar hasrat duniawi dengan cara yang hina dina dan tidak pernah
puas.
175)
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya
ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri
dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda),
maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
176)
Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya
(juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS. Al A’raaf
: 175-176)
5. Binatang tidak
dibebani dengan kewajiban beribadah
Argumen lain sebagai bantahan terhadap teori Darwin, syariat Allah Ta’ala hanya
dibebankan kepada Jin dan Manusia, adapun binatang tidak pernah dibebankan,
hanya saja Al Qur’an memang menegaskan bahwa seluruh makhluk di alam semesta,
semuanya senantiasa bertasbih dan bersujud hanya kepadaNya.
48)
Dan Apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan
Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud
kepada Allah, sedang mereka berendah diri?
49)Dan
kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua
makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat)
tidak menyombongkan diri. (QS. An Nahl : 48-49)
“Langit
yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak
ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.” (QS.
Al Israa’ : 44)
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.”(QS
: Adz Dzaariyaat ayat 56).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1. manusia diciptakan
dari tanah kering yang dibasahi dan ditiupkan ruh kedalamnya. Bukan dari seekor
kera atau simpanse. Sebab, jika memang manusia diciptakan dari seekor kera yang
mengalami perubahan atau evolusi, mengapa di zaman modern ini masih ditemukan
kera maupun simpanse? Mengapa mereka berevolusi dan menjadi seorang manusia
seperti yang dikatakan Darwin?
2. Allah telah
menjelaskan dengan gamblang bahwa Nabi Adam a.s adalah manusia pertama di muka
bumi ini, yang sudah diciptakan dengan bentuk yang sempurna yang telah di
bekali akal dan hati nurani sehingga memiliki rasa malu, tidak seperti
binatang.
3. Manusia berbeda
dengan hewan. Selain nafsu, manusia di beri karunia berupa akal sehat dan hati
nurani. Sehingga memiliki rasa malu. Berbeda dengan hewan yang hanya diberi
nafsu oleh Allah.
4. Tidak ada zat yang
bisa menandingi kekuasaan Allah untuk menciptakan segala sesuatunya dengan
hanya mengucap “Kun”
5. Al Qur’an telah
memberikan pelajaran berharga, mengajak setiap insan untuk terus berpikir
tentang hakikat penciptaan, adapun teori Darwin mengesankan bahwa keadaan
manusia dahulu dengan manusia sekarang tidak sama, bahkan jauh berbeda, padahal
jika dicermati secara seksama, bahwa di zaman sekarang masih ada kelompok
manusia yang tidak berpakaian seperti manusia di zaman dahulu.
6. Hikmah dari semua ini
adalah seperti yang di firman kan oleh Allah bahwa pikiran manusia memiliki
keterbatasan, akan tetapi Allah juga berfirman bahwa segala sesuatu yang
diciptakan pasti memiliki tujuan-tujuan tersendiri. Tidak ada satupun yang
tidak bermanfaat, dan tiada satupun hal yang tidak diketahui kecuali berkaitan
dengan rahasia Allah, sebab Allah lah yang maha mengetahui atas segala sesuatu
yang nampak maupun tidak nampak di muka bumi ini.
Daftar Pustaka
http://Asal%20Mula%20Manusia,%20Teori%20Evolusi%20Darwin%20Vs%20Teori%20Penciptaan%20Nabi%20Adam.html
http://Perbedaan%20Manusia%20dan%20Kera%20adalah%20Akalnya%20_%20gado-doga-dago.html
http://Penjelasan%20Al-Quran%20atas%20Teori%20Evolusi%20Darwin%20_%20Infoisco.com.html
Komentar
Posting Komentar