Analisis Rasio Perusahaan
1. Likuiditas
Permasalahan mengenai likuiditas
berhubungan dengan masalah kemampuan dari suatu perusahaan untuk memenuhi
segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Menurut Bambang Riyanto(1),
pengertian tentang likuiditas dibedakan atas dua hal yaitu :
1) Likuiditas
badan usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat
likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat
ditagih. Jadi pengertian likuiditas dalam hal ini dihubungkan dengan kewajiban
kepada pihak luar (kreditur).
2) Likuiditas
perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid
agar dapat menjamin kelancaran proses produksi, misalnya untuk membeli bahan
mentah, membayar upah buruh, dan lain sebagainya. Dengan demikian pengertian likuiditas
dalam hal ini dihubungkan dengan kewajiban finansial kepada pihak intern
perusahaan sendiri dalam rangka penyelenggaraan proses produksinya.
Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan
tersebut mempunyai kekuatan membayar sedemikian besanya sehingga mampu memenuhi
segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, dan sebaliknya bila
perusahaan tersebut tidak mempunyai kemampuan membayar maka dikatakan dalam
keadaan illikuid. agar Suatu perusahaan selalu dalam keadaan likuid maka
pimpinan perusahaan harus dapat memperkirakan saat pengeluaran dan penerimaan
alat-alat likuid yang dimiliki secara tepat, artinya pengeluaran alat-alat
likuid tersebut hendaknya sudah didahului dengan penerimaan alat-alat likuid
dari para langganan. Ketepatan didalam perkiraan ini akan dapat meningkatkan
tingkat efisiensinya.
Dalam menghitung tingkat likuiditas
dari suatu perusahaan dapat diketahui dari neracanya pada suatu saat. Adapun
cara perhitungannya antara lain dengan(2) :
a. Current
ratio.
Ratio inipaling umum digunakan untuk menganalisa
posisi modal kerja suatu perusahaan. Selain itu juga menunjukkan bahwa nilai
kekayaan lancar dalam arti yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya hutang jangka pendek,
serta menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek. Untuk menghitung
besarnya ratio ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :
Current ratio = Aktiva Lancar/Hutang Lancar x 100%
Jika ratio ini terlalu tinggi akan menyebabkan
tingkat profitabilitas perusahaan berkurang karena ada dana yang menganggur,
akan tetapi sebaliknya apabila ratio ini terlalu rendah maka perusahaan tidak
akan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Dalam penulisan ini digunakan prinsip kebiasaan
(rule of tumb) dalam menentukan current ratio yaitu standart current ratio
minimal sebesar 200%, walaupun dtandart ini tidak mutlak sifatnya tetapi hanya
didasarkan pada prinsip hati-hati.
b.
Acid test ratio atau quick ratio
Ratio ini merupakan ukutan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan
karena persediaan memerlukan waktu yang relative lama untuk direalisir menjadi
uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas.
Dalam menghitung besarnya rasio ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
sbb :
Quick ratio = Aktiva Lancar - Persediaan / Hutang Lancar x 100%
Ratio ini lebih tajam daripada current ratio karena
hanya membandingkan aktiva lancar yang sangat likuid dengan hutang lancar. Jika
current ratio tinggi tetapi quick rationya rendah menunjukkan adanya investasi
yang sangat besar dalam persediaan.
Apabila perusahaan menggunakan quick ratio untuk menentukan
tingkat likuiditas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan
yang mempunyai quick ratio kurang dari 100% dianggap kurang baik tingkat
likuiditasnya(3) .
Pihak
yang berkepentingan terhadap ratio ini selain perusahaan yang bersangkutan juga
pihak kreditur terutama bank-bank, dimana mereka menghendaki agar hutang-hutang
perusahaan kepada pihak kreditur yang segera dibayar haruslah tersedia
alat-alat likuid yang cukup.
Current Ratio
|
|||
Tahun
|
Aktiva Lancar
|
Hutang Lancar
|
Aktiva Lancar Hutang Lancar
|
1982
|
Rp
113,809,475.00
|
Rp
35,367,750.00
|
3.22
|
1983
|
Rp
129,634,435.00
|
Rp
49,675,000.00
|
2.61
|
1984
|
Rp
144,399,155.00
|
Rp
65,485,300.00
|
2.21
|
1985
|
Rp
161,924,025.00
|
Rp
74,195,275.00
|
2.18
|
1986
|
Rp
198,454,665.00
|
Rp
83,772,350.00
|
2.37
|
Quick Ratio
|
|||
Tahun
|
Kas + Piutang
|
Hutang Lancar
|
Kas + Piutang Hutang Lancar
|
1982
|
Rp
55,072,625.00
|
Rp
35,367,750.00
|
1.56
|
1983
|
Rp
63,664,785.00
|
Rp
49,675,000.00
|
1.28
|
1984
|
Rp
77,920,290.00
|
Rp
65,485,300.00
|
1.19
|
1985
|
Rp
82,397,225.00
|
Rp
74,195,275.00
|
1.11
|
1986
|
Rp
110,094,365.00
|
Rp
83,772,350.00
|
1.31
|
Cash Ratio
|
|||
Tahun
|
Kas
|
Hutang Lancar
|
Kas / Hutang Lancar
|
1982
|
Rp 13,450,225.00
|
Rp
35,367,750.00
|
0.38
|
1983
|
Rp 15,925,500.00
|
Rp
49,675,000.00
|
0.32
|
1984
|
Rp 14,502,000.00
|
Rp
65,485,300.00
|
0.22
|
1985
|
Rp 15,270,000.00
|
Rp
74,195,275.00
|
0.21
|
1986
|
Rp 21,564,000.00
|
Rp
83,772,350.00
|
0.26
|
2. Rentabilitas
Pengertian mengenai rentabilitas
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu dengan menggunakan seluruh modal yang bekerja di dalamnya. Adapun
rumus umum yang digunakan untuk menghitung tingkat rentabilitas adalah(4)
:
Rentabilitas = Laba / Modal x 100%
Tingkat rentabilitas yang tinggi merupakan salah
satu tolok ukur dari pada tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan
modal kerjanya. Disamping tingkat rentabilitas yang tinggi pada suatu periode
maka rentabilitas yang selalu meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa
penggunaan modal kerja dari perusahaan tersebut semakin efisien.
Didalam menilai rentabilitas suatu perusahaan ada
bermacam-macam tergantung pada laba dan midal mana yang akan diperbandingkan.
Adapun diantara cara penilaian tersebut adalah rentabilitas ekonomis dan
rentabilitas modal sendiri(5).
a. Rentabilitas
ekonomis.
Yang
dimaksud dengan rentabilitas ekonomis atau earning power adalah perbandingan
antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase, atau kemampuan
suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk
menghasilkan laba. Dalam menghitung rentabilitas ini modal yang diperhitungkan
hanyalah modal yang bekerja didalam perusahaan, demikian pula laba yang
diperhitungkan juga hanya laba yang berasal dari operasi perusahaan.
Tinggi rendahnya rentabilitas
ekonomis dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Profit
margin, yaitu besarnya keuntungan operasi dalam hubungannya dengan penjualan
bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Rumus yang diguakan untuk
menghitung ini adalah :
Profit
margin :Net operating income / Net sales x 100%
Net
operating expenses dapat dicari dengan cara mengurangi net sales dengan
operating expenses.
2. Turnover
of operating assets (perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya
operating assets dalam suatu periode tertentu. Perputaran ini digunakan untuk
mengetahui tingkat efisiensi perusahaan. Ditinjau dari tingkat kecepatan
perputaran operating assets pada periode tertentu, yang mana makin cepat
perputarannya berarti perusahan tersebut semakin efisien.
Rumus
yang digunakan untuk menghitung ini adalah :
Turnover
of operating assets =Net sales / net operating assets
Dengan
melihat kedua faktor tersebut maka rentabilitas ekonomis dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
Rentabilitas
Ekonomis = profit margin x Turnover of operating assets
= (Net Operating income / Net sales) x (Net sales/Net Operating income)
b. Rentabilitas
modal sendiri.
Yang
dimaksud dengan rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha adalah
perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di
satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain
pihak, atau dengan kata lain dikatakan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan
modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah :
Rentabilitas
modal sendiri : Laba setelah bunga dan pajak / modal sendiri x 100%
ROA
|
|||
Tahun
|
Laba sebelum pajak
|
Total Aktiva
|
Laba Sebelum Pajak Total Aktiva
|
1982
|
Rp
46,793,840.00
|
Rp
318,092,225.00
|
0.15
|
1983
|
Rp
52,588,530.00
|
Rp
324,702,185.00
|
0.16
|
1984
|
Rp
65,406,180.00
|
Rp 358,205,930.00
|
0.18
|
1985
|
Rp
80,002,245.00
|
Rp
381,375,325.00
|
0.21
|
1986
|
Rp
90,856,415.00
|
Rp
422,157,290.00
|
0.22
|
ROE
|
|||
Tahun
|
Laba setelah pajak
|
Modal Sendiri
|
Laba Setelah Pajak Modal Sendiri
|
1982
|
Rp
45,623,994.00
|
Rp
235,900,481.00
|
0.19
|
1983
|
Rp
51,273,817.00
|
Rp
199,753,368.00
|
0.26
|
1984
|
Rp
63,771,025.00
|
Rp
198,949,605.00
|
0.32
|
1985
|
Rp
78,322,198.00
|
Rp
180,857,852.00
|
0.43
|
1986
|
Rp
88,948,430.00
|
Rp
213,436,510.00
|
0.42
|
(1) Bambang
Riyanto, op cit., hal. 18.
(2) Munawir,
S, op cit., hal. 72.
(3) Bambang
Riyanto, op cit., hal. 20.
(4) Ibid, hal. 27.
(5)
Ibid, hal. 28.
Komentar
Posting Komentar